Kamis, 08 Juli 2021

Juli 08, 2021


A.    Dasar Teori

1.      Sirup Kering Amoxicillin

Amoxicillin merupakan golongan penisilin yang tidak stabil jika berada dalam larutan dalam jangka waktu yang lama. Oleh sebab itu, amoxicillin dibuat dalam bentuk sediaan serbuk kering yang direkonstitusi terlebih dahulu sebelum digunakan. Fase pendispersi dari suspensi antibiotik adalah air, biasanya ditambahkan pewarna, pemanis, pewangi dan perasa agar sediaan lebih menarik dan menutupi rasa pahit (Ansel, 2005).

Amoxicillin mempunyai spektrum luas, tetapi lebih efektif pada basil gram negatif seperti Neisseria gonorrhoeae, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Salmonella. Amoxicillin merupakan derivate penicillin yang mengalami hidrolisis dengan mendegradasi produksi cincin ß-laktam (Lund, 1994). Amoxicillin tidak stabil terhadap paparan cahaya, terurai pada suhu 30-350C, namun stabil pada pH 3,5-6,0. Amoxicillin stabil pada asam lambung dan terabsorpsi 74-92% di saluran pencernaan pada penggunaan dosis tunggal secara oral (Anonim b. 1995).

2.      Evaluasi Sediaan Sirup Kering Amoxicillin

a)      Distribusi ukuran partikel

 Untuk sediaan sirup kering, distribusi partikel homogen (tersalut) setelah direkonstitusi, dapat diamati dari semakin besarnya ukuran partikel maka rongga–rongga antar partikel yang terbentuk pun semakin besar dan distribusinya menyebar di dalam sediaan, sehingga setelah dikocok sediaan suspensi kering ini dapat terdispersi homogen kembali.

b)      Homogenitas

Sediaan suspensi terkonstisusi dilarutkan dengan air hingga mencapai volume yang telah ditentukan yaitu 60 mL. Setelah itu, zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Sediaan terkonstitusi dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi. Selain itu, kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang(Anonim a, 1979).

c)      Penetapan bobot jenis sediaan dengan piknometer

 Pada penetapan bobot jenis sediaan suspensi kering menggunakan piknometer. Untuk mengetahui bobot jenis sediaan dapat diperoleh dari selisih bobot piknometer yang telah diisi zat uji dengan bobot piknometer kosong (anonim b, 1995).    

d)     Volume terpindahkan

 Volume rata-rata suspensi yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak satu pun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume yang dinyatakan dalam etiket (Anonim b, 1995).

e)      Penetapan pH

 Penetapan pH dengan menggunakan pH meter (Anonim b, 1995). 

f)       Kadar air

 Suspensi kering kadar air tidak lebih dari 3% (Anonim b, 1995).

g)      Penetapan waktu rekonstitusi

Penetapan ini dilakukan untuk menentukan lamanya waktu terkonstitusi suatu sediaan. Dalam hal ini sediaan serbuk kering ditambahkan air, kemudian dihitung waktu yang diperlukan sampai sediaan tersebut membentuk suspensi dengan sempurna.

h)      Volume sedimentasi dan kemampuan redispersi

Untuk sediaan suspensi kering yang baik diharapkan terdapat sedimentasi yang besar atau tidak terjadi sama sekali (melarut homogen) . Hal ini penting karena dengan volume sedimentasi yang besar maka kemungkinan untuk melarut secara homogen kembali akan lebih besar bila dibandingkan dengan volume sedimentasi yang sedikit (dapat membentuk caking). Untuk mengetahui kemampuan redispersi sediaan maka sediaan yang sudah didiamkan dikocok kembali. Apabila setelah dikocok sediaan mudah melarut kembali dan menjadi larutan yang homogen maka kemampuan redispersinya baik. 

i)        Sifat aliran dan viskositas dengan Viskosimeter Brookfield

 Sediaan sirup kering Amoxicillin ini mengikuti sifat aliran Hukum Non Newton pseudoplastik. Viskositas sediaan ini dapat diukur dengan menggunakan Viskosimeter Brookfield karena viskosimeter ini dapat mengukur viskositas sediaan yang bersifat Non Newton dan Newton (Astuti, dkk., 2007)

 

3.      Sirup Parasetamol

Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau perngganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel, 1989).

Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirup simpleks adalah sirup yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain (Syamsuni, 2007).

Sirup (Sirupi) adalah merupakan larutan jernih berasa manis yang dapat ditambahkan Gliserol, Sorbitol, Polialkohol yang lain dalam jumlah sedikit dengan maksud untuk meningkatnya kelarutan obat dan menghalangi pembentukan hablur sukrosa. Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain. Larutan gula yang encer, merupakan medium pertumbuhan bagi jamur, ragi, dan bakteri (Anief,1994).

Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di sistem syaraf pusat (SSP). Parasetamol digunakan secara luas di berbagainegara baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas (Lusiana Darsono, 2002).

Parasetamol mempunyai daya kerja analgetik dan anti piretik sama dengan asetosal,meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti asetosal, parasetamol tidak mempunyai daya kerja antiradang dan menimbulkan iritsi dan pendarahan lambung. Sebagai obat antipiretika, dapat digunakan baik asetosal, salsimalid maupun parasetamol. Diantara ketiga obat tersebut, parasetamol mempunyai efek samping yang paling ringan dan amn untuk anak-anak. Untuk anak-anak dibawah umur dua tahun sebaiknya digunakan parasetamol, kecuali ada enimbangan khusus lainnya dari dokter. Dari penelitian pada anak-anak dapat diketahui bahwa kombinasi asetosal dengan parasetamol bekerja lebih efektif terhadap demam daripada jika diberikan sendiri-sendiri (Sartono, 1996)

 

4.      Evaluasi Sediaan Sirup Parasetamol

a)      Organoleptik (Farmakope Indonesia edisi IV)

Tujuan             : Memeriksa kesesuaian bau, rasa  dan warna dengan spesifikasi yang telah  ditentukan.

Prinsip                  : Pemeriksaan bau, rasa dan warna menggunakan panca indra.

b)      Volume terpindahkan (Farmakope Indonesia edisi IV)

            Tujuan                  :Sebagai jaminan bahwa sediaan sirup yang dikemas dalam wadah

       dosis ganda dengan volume yang tertera di etiket jikadipindah kan   

       dari wadah asli akan memberikan volumesediaan seperti  tertera di   

        etiket

c)      Viskositas/ kekentalan (Farmakope Indonesia edisi IV)

Tujuan              :Memeriksa kesesuaian viskositas dengan spesifikasi yang telah   

                           ditetapkan

d)     Penetapan pH (Farmakope Indonesia edisi IV)

Tujuan             : Mengetahui pH sediaan.

Prinsip             :Pengukuran pH menggunakan pH meter yang telahdikalibrasi.

 

B.     Alat dan bahan

Alat :

            - Gelas ukur                 - Viskometer              

            - Beaker glass               - pH meter

Bahan :

            - Sirup paracetamol

            - Sirup kering amoxicillin

 

C.    Cara Kerja

1. Pengujian pemerian

Text Box: Melakukan pengamatan secara visual maupun aromatis

 

Text Box: Menuliskan hasil pengamatan sebagai organoleptis sediaan cair. Tuliskan juga identitas lengkap sediaan yang terdapat pada etiket

 

2. Pengujian pH

Text Box: Melakukan kalibrasi pH meter dengan kalibrator pH 4 dan 7

 

Text Box: Memasukkan sampel sirup, suspensi, dan suspensi kering (yang telah direkonstitusi) kedalam beake glass 100ml sebanyak kurang lebih 70ml

 

Text Box: Mencelupkan pH meter dan menungggu hingga alat menghasilkan pembacaan pH yang stabil selama sekitar 5 detik

 

Text Box: Mencatat hasil uji pH

 

 

3. Uji Viskositas

Text Box: Menyiapkan alat viskometer brookfield, lalu dipasangkan spindle nomor 3 pada viskometer

 

Text Box: Memasukkan sampel larutan ke dalam cup yang telah disediakan, lalu masukkan spinle ke dalam cup secara tegak lurus hingga batas yang telah ditentukan.

 

Text Box: Menyalakan viskometer, amati jarum penunjuknya dan mencatat angka yang ditunjukan jarum penunjuk

 

4. Uji Volume Terpindahkan

Text Box: Menyiapkan gelas ukur 100ml

 

Text Box: Menuangkan seluruh isi sediaan kedalam gelas ukur dan diamkan selama 5 menit

 

Text Box: Catat volume yang diperoleh lalu bandingkan dengan volume pada etiket

 

D.    Hasil

Amoxicilin sirup kering

    Produksi : PT Phyto Kemoagung Farma

    No Batch : BJ920225

    ED : Jan 21

● ORGANOLEPTIS

Sebelum Konstitusi : Serbuk berwarna putih kekuningan , aroma khas antibiotik dan rasa pahit dan manis

Sesudah Konstitusi : Warna putih kekuningan ,aroma khas antibiotik dan rasa pahit dan manis

UJI VOLUME TERPINDAHAKAN

60 ML

UJI PH

6,22

UJI VISKOSITAS

90 mps

 

● Paracetamol Sirup 120 mg /5 ml

    Produksi : PT Berlico Mulia Farma

    No Batch : EXC3006

    ED : Des 2020

    Vol.Etiket : 60 ML

ORGANOLEPTIS

Warna hijau ,rasa manis-pedas dan bau khas mentol

UJI VOLUME TERPINDAHKAN

    51 ML

UJI PH

6,11

UJI VISKOSITAS

Tidak Terbaca

 

E.     Pembahasan

Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat akan digunakan, sediaan tersebut dibuat pada umumnya untuk bahan obat yang tidak stabil dan tidak larut dalam pembawa air, seperti ampisilin dan amoxicillin (Ofner et al, 1989). Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air padasaatakan digunakan, sediaan tersebut dibuat pada tumumnya untuk bahan obat yang tidak stabil dan tidak larut dalam pembawa air, seperti ampisilin, amoxicillin, dan lain-lainnya. Agar campuran setelah ditambah air membentuk dispersi yang homogen, maka dalam formulanya digunakan bahan pensuspensi. Komposisi suspensi sirup kering biasanya terdiri dari bahan pensuspensi, pembasah, pemanis, pengawet, penambah rasa/aroma, buffer, dan zat warna. Sirup kering adalah sediaan berbentuk suspensi yang harus direkonstitusikan terlebih dahulu dengan sejumlah air atau pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan. Sediaan ini adalah sediaan yang mengandung campuran kering zat aktif dengan satu atau lebih dapar, pewarna, pengencer, pendispersi, dan pengaroma yang sesuai (Depkes RI,1995).

Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian pemastian mutu fisik terhadap sediaan sirup kering amoxicillin, kemudiaan sediaan tersebut dilakukan evaluasi. Adapun evaluasi yang dilakukan meliputi, organoleptis, viskositas, pemeriksaan pH, dan volume terpindahkan.

Pada pengujian organoleptis, yaitu menguji sediaan dari warna, bau, dan rasanya. Dipantau dari sebelum rekonstituensi serbuk putih kekuningan, aroma khas antibitik, dan rasa pahit-manis. Dan setelah rekonstituensi warna putih kekuningan, aroma khas antibiotic, dan rasa manis.

Pengujian volume terpindahkan, yaitu dengan memindahkan sediaan sirup 60 ml kedalam gelas ukur dan diamati berapa volume sediaan hasil tuangan tadi apakah terjadi pengurangan atau tidak. Dan di dapat hasil volume terpindahkan yakni tetap 60 ml. Pada sediaan ini tidak terjadi suatu pengurangan, dan sediaan tersebut memenuhi syarat volume terpindahkan, karena syaratnya tidak boleh kurang dari 95%.

Pada pengujian pemeriksaan pH, yaitu menggunakan pH meter digital dengan kalibrasi pH 7. Dan diperolehlah pH sebesar 6,22 yakni masih sesuai dengan Farmakopeantara 5,0 dan 7,5. Serta dilakukan pengujian viskositas diperoleh 90 mPAS.

Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirop adalah 64-66% ,kecuali dinyatakan lain. Dalam pembuatan sirup ini, zat aktif yang digunakan adalah paracetamol.

Parasetamol atau asetaminofen adalah obatanalgesik dan antipiretik yang popular dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, serta demam. Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik dan flu. Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, over dosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi.

Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian pemastian mutu fisik terhadap sediaan sirup parasetamol, kemudiaan sediaan tersebut dilakukan evaluasi. Adapun evaluasi yang dilakukan meliputi, organoleptis, viskositas, pemeriksaan pH, dan volume terpindahkan.

Pada pengujian organoleptis, yaitu menguji sediaan dari warna, bau, dan rasanya. Dipantau dari warna, sediaan syrup memiliki warna hijau, memiliki bau khas seperti pedas menthol, dan rasanya manis-pedas.

Pengujian volume terpindahkan, yaitu dengan memindahkan sediaan sirup 60 ml kedalam gelas ukur dan diamati berapa volume sediaan hasil tuangan tadi apakah terjadi pengurangan atau tidak. Dan di dapat hasil volume terpindahkan yakni 51 ml. Pada sediaan ini terjadi suatu pengurangan mungkin karena ketidakstabilan sediaan. Dan sediaan tersebut tidak memenuhi syarat volume terpindahkan, karena syaratnya tidak boleh kurang dari 95%.

Pada pengujian pemeriksaan pH, yaitu menggunakan pH meter digital dengan kalibrasi pH 7. Dan diperolehlah pH sebesar 6,11 yakni masih sesuai dengan Farmakope antara 3,8 dan 6,1. Serta dilakukan pengujian viskositas, namun pada sediaan ini viskositas tidak terbaca.

 

F.     Kesimpulan

- Pada praktikum kali ini kita dapat mengetahui uji yang digunakan untuk mengetahui mutu dari sedian cair yaitu : Uji Organoleptis, Uji Volume terpindahkan ,Uji Ph dan Uji Viskositas.

- Pada praktikum kali ini kita dapat mengetahui pada sampel Amoxicillin Kering mempunyai Volume Terpindahkan : 60 ml, ph :6,22 Dan Viskositas: 90 Mps Sedangkan untuk sampel Paracetamol mempunyai Volume terpindahkan :51 ml,ph:6,11 dan Viskostas Tidak terbaca pada praktikum kali ini.


DAFTAR PUSTAKA

Ansel,H.C.2005.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi,Diterjemahkan Oleh Farida.Ibrahim.

Jakarta:UI Press

Anonim a. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III Jakarta:Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Anonim b. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Anief, M. 1990. ”Ilmu Meracik Obat”. Yogyakarta :Gajah Mada University Press.

Farmakope Indonesia edisi III.Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Farmakope Indonesia edisi IV.Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Ansel,H.C.1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4 Diterjemahkan Oleh

Farida.Ibrahim.Jakarta:UI Press

Syamsuni. H. A. 2007. Ilmu Resep. Jakarta: ECG.

Anief,. M.1994.Farmasetika.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Lusiana, Darsono. 2002. Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan Parasetamol.

Bandung : Universitas Kristen Maranatha.

Sartono.1996.Obat-Obat Bebas Dan Bebas Terbatas. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

 

                                                 <3 SEMOGA BERMANFAAT <3

 

 

 

 

 


0 komentar:

Posting Komentar