A.
Dasar
Teori
1. Sirup
Kering Amoxicillin
Amoxicillin
merupakan golongan penisilin yang tidak stabil jika berada dalam larutan dalam
jangka waktu yang lama. Oleh sebab itu, amoxicillin dibuat dalam bentuk sediaan
serbuk kering yang direkonstitusi terlebih dahulu sebelum digunakan. Fase
pendispersi dari suspensi antibiotik adalah air, biasanya ditambahkan pewarna,
pemanis, pewangi dan perasa agar sediaan lebih menarik dan menutupi rasa pahit
(Ansel, 2005).
Amoxicillin
mempunyai spektrum luas, tetapi lebih efektif pada basil gram negatif seperti
Neisseria gonorrhoeae, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Proteus
mirabilis, Salmonella. Amoxicillin merupakan derivate penicillin yang mengalami
hidrolisis dengan mendegradasi produksi cincin ß-laktam (Lund, 1994).
Amoxicillin tidak stabil terhadap paparan cahaya, terurai pada suhu 30-350C,
namun stabil pada pH 3,5-6,0. Amoxicillin stabil pada asam lambung dan
terabsorpsi 74-92% di saluran pencernaan pada penggunaan dosis tunggal secara
oral (Anonim b. 1995).
2. Evaluasi
Sediaan Sirup Kering Amoxicillin
a) Distribusi
ukuran partikel
Untuk sediaan
sirup kering, distribusi partikel homogen (tersalut) setelah direkonstitusi,
dapat diamati dari semakin besarnya ukuran partikel maka rongga–rongga antar
partikel yang terbentuk pun semakin besar dan distribusinya menyebar di dalam
sediaan, sehingga setelah dikocok sediaan suspensi kering ini dapat terdispersi
homogen kembali.
b) Homogenitas
Sediaan suspensi terkonstisusi dilarutkan dengan air
hingga mencapai volume yang telah ditentukan yaitu 60 mL. Setelah itu, zat yang
terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok
perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Sediaan terkonstitusi
dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi. Selain itu,
kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan
dituang(Anonim a, 1979).
c) Penetapan
bobot jenis sediaan dengan piknometer
Pada
penetapan bobot jenis sediaan suspensi kering menggunakan piknometer. Untuk
mengetahui bobot jenis sediaan dapat diperoleh dari selisih bobot piknometer
yang telah diisi zat uji dengan bobot piknometer kosong (anonim b, 1995).
d) Volume
terpindahkan
Volume
rata-rata suspensi yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan
tidak satu pun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume yang dinyatakan
dalam etiket (Anonim b, 1995).
e) Penetapan
pH
Penetapan pH
dengan menggunakan pH meter (Anonim b, 1995).
f) Kadar
air
Suspensi
kering kadar air tidak lebih dari 3% (Anonim b, 1995).
g) Penetapan
waktu rekonstitusi
Penetapan ini dilakukan untuk menentukan lamanya
waktu terkonstitusi suatu sediaan. Dalam hal ini sediaan serbuk kering
ditambahkan air, kemudian dihitung waktu yang diperlukan sampai sediaan
tersebut membentuk suspensi dengan sempurna.
h) Volume
sedimentasi dan kemampuan redispersi
Untuk sediaan suspensi kering yang baik diharapkan
terdapat sedimentasi yang besar atau tidak terjadi sama sekali (melarut
homogen) . Hal ini penting karena dengan volume sedimentasi yang besar maka
kemungkinan untuk melarut secara homogen kembali akan lebih besar bila
dibandingkan dengan volume sedimentasi yang sedikit (dapat membentuk caking).
Untuk mengetahui kemampuan redispersi sediaan maka sediaan yang sudah didiamkan
dikocok kembali. Apabila setelah dikocok sediaan mudah melarut kembali dan
menjadi larutan yang homogen maka kemampuan redispersinya baik.
i)
Sifat aliran dan viskositas dengan
Viskosimeter Brookfield
Sediaan sirup
kering Amoxicillin ini mengikuti sifat aliran Hukum Non Newton pseudoplastik.
Viskositas sediaan ini dapat diukur dengan menggunakan Viskosimeter Brookfield
karena viskosimeter ini dapat mengukur viskositas sediaan yang bersifat Non
Newton dan Newton (Astuti, dkk., 2007)
3. Sirup
Parasetamol
Sirup
adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau perngganti gula dengan atau tanpa
penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel, 1989).
Sirup
adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi
(sirup simpleks adalah sirup yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa
dalam sirup adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain (Syamsuni, 2007).
Sirup
(Sirupi) adalah merupakan larutan jernih berasa manis yang dapat ditambahkan
Gliserol, Sorbitol, Polialkohol yang lain dalam jumlah sedikit dengan maksud
untuk meningkatnya kelarutan obat dan menghalangi pembentukan hablur sukrosa.
Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain. Larutan gula
yang encer, merupakan medium pertumbuhan bagi jamur, ragi, dan bakteri
(Anief,1994).
Parasetamol
(asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja
menghambat sintesis prostaglandin terutama di sistem syaraf pusat (SSP).
Parasetamol digunakan secara luas di berbagainegara baik dalam bentuk sediaan
tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam
sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas (Lusiana Darsono,
2002).
Parasetamol
mempunyai daya kerja analgetik dan anti piretik sama dengan asetosal,meskipun
secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti asetosal, parasetamol tidak
mempunyai daya kerja antiradang dan menimbulkan iritsi dan pendarahan lambung.
Sebagai obat antipiretika, dapat digunakan baik asetosal, salsimalid maupun
parasetamol. Diantara ketiga obat tersebut, parasetamol mempunyai efek samping
yang paling ringan dan amn untuk anak-anak. Untuk anak-anak dibawah umur dua
tahun sebaiknya digunakan parasetamol, kecuali ada enimbangan khusus lainnya
dari dokter. Dari penelitian pada anak-anak dapat diketahui bahwa kombinasi
asetosal dengan parasetamol bekerja lebih efektif terhadap demam daripada jika
diberikan sendiri-sendiri (Sartono, 1996)
4. Evaluasi
Sediaan Sirup Parasetamol
a) Organoleptik
(Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan
: Memeriksa kesesuaian
bau, rasa dan warna dengan spesifikasi
yang telah ditentukan.
Prinsip : Pemeriksaan bau, rasa dan
warna menggunakan panca indra.
b) Volume
terpindahkan (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan :Sebagai jaminan bahwa
sediaan sirup yang dikemas dalam wadah
dosis ganda dengan volume yang tertera
di etiket jikadipindah kan
dari wadah asli akan memberikan
volumesediaan seperti tertera di
etiket
c) Viskositas/
kekentalan (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan :Memeriksa kesesuaian viskositas dengan
spesifikasi yang telah
ditetapkan
d) Penetapan
pH (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan : Mengetahui pH sediaan.
Prinsip :Pengukuran pH menggunakan pH
meter yang telahdikalibrasi.
B.
Alat
dan bahan
Alat :
-
Gelas ukur - Viskometer
-
Beaker glass - pH
meter
Bahan :
-
Sirup paracetamol
-
Sirup kering amoxicillin
C.
Cara
Kerja
1. Pengujian pemerian
2. Pengujian pH
3. Uji Viskositas
4. Uji Volume Terpindahkan
D.
Hasil
●
Amoxicilin
sirup kering
Produksi :
PT Phyto Kemoagung Farma
No Batch :
BJ920225
ED : Jan
21
●
ORGANOLEPTIS
Sebelum
Konstitusi : Serbuk berwarna putih kekuningan , aroma khas antibiotik dan rasa
pahit dan manis
Sesudah
Konstitusi : Warna putih kekuningan ,aroma khas antibiotik dan rasa pahit dan
manis
●
UJI VOLUME TERPINDAHAKAN
60
ML
●
UJI PH
6,22
●
UJI VISKOSITAS
90
mps
● Paracetamol Sirup 120 mg /5 ml
Produksi :
PT Berlico Mulia Farma
No Batch :
EXC3006
ED : Des
2020
Vol.Etiket
: 60 ML
●
ORGANOLEPTIS
Warna hijau ,rasa manis-pedas dan bau khas mentol
● UJI VOLUME
TERPINDAHKAN
51 ML
● UJI PH
6,11
●UJI
VISKOSITAS
Tidak Terbaca
E.
Pembahasan
Sirup
kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat akan
digunakan, sediaan tersebut dibuat pada umumnya untuk bahan obat yang tidak
stabil dan tidak larut dalam pembawa air, seperti ampisilin dan amoxicillin
(Ofner et al, 1989). Sirup kering adalah suatu campuran padat yang
ditambahkan air padasaatakan digunakan,
sediaan tersebut dibuat pada tumumnya untuk bahan obat yang
tidak stabil dan tidak larut dalam pembawa air, seperti ampisilin, amoxicillin, dan
lain-lainnya. Agar campuran setelah ditambah air membentuk dispersi yang homogen,
maka dalam formulanya digunakan bahan pensuspensi.
Komposisi suspensi sirup kering biasanya terdiri dari bahan pensuspensi, pembasah,
pemanis, pengawet, penambah rasa/aroma, buffer, dan zat warna.
Sirup kering adalah sediaan berbentuk suspensi yang
harus direkonstitusikan terlebih dahulu dengan sejumlah air atau pelarut lain yang
sesuai sebelum digunakan. Sediaan ini adalah sediaan yang
mengandung campuran kering zat aktif dengan satu atau lebih dapar, pewarna, pengencer,
pendispersi, dan pengaroma yang sesuai (Depkes RI,1995).
Pada praktikum kali
ini dilakukan pengujian pemastian mutu fisik terhadap sediaan sirup kering amoxicillin,
kemudiaan sediaan tersebut dilakukan evaluasi. Adapun evaluasi yang
dilakukan meliputi, organoleptis, viskositas, pemeriksaan pH, dan volume
terpindahkan.
Pada pengujian organoleptis,
yaitu menguji sediaan dari warna, bau, dan rasanya.
Dipantau dari sebelum rekonstituensi serbuk putih kekuningan, aroma khas antibitik,
dan rasa pahit-manis. Dan setelah rekonstituensi warna putih kekuningan, aroma khas
antibiotic, dan rasa manis.
Pengujian volume terpindahkan,
yaitu dengan memindahkan sediaan sirup 60 ml kedalam gelas ukur dan diamati berapa
volume sediaan hasil tuangan tadi apakah terjadi pengurangan atau tidak. Dan di
dapat hasil volume terpindahkan yakni tetap 60 ml. Pada sediaan ini tidak terjadi suatu pengurangan,
dan sediaan tersebut memenuhi syarat volume terpindahkan,
karena syaratnya tidak boleh kurang dari 95%.
Pada pengujian pemeriksaan pH,
yaitu menggunakan pH meter digital dengan kalibrasi pH 7. Dan diperolehlah pH
sebesar 6,22 yakni masih sesuai dengan Farmakopeantara 5,0 dan 7,5. Serta
dilakukan pengujian viskositas diperoleh 90 mPAS.
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang
berkadar tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar
sukrosa dalam sirop adalah 64-66% ,kecuali dinyatakan lain. Dalam pembuatan sirup ini, zat aktif yang
digunakan adalah paracetamol.
Parasetamol atau asetaminofen adalah obatanalgesik dan antipiretik
yang popular dan digunakan untuk melegakan sakit kepala,
sengal-sengal dan sakit ringan, serta demam. Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik dan
flu. Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, over
dosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi.
Pada praktikum kali
ini dilakukan pengujian pemastian mutu fisik terhadap sediaan sirup parasetamol,
kemudiaan sediaan tersebut dilakukan evaluasi. Adapun evaluasi yang
dilakukan meliputi, organoleptis, viskositas, pemeriksaan pH, dan volume
terpindahkan.
Pada pengujian organoleptis,
yaitu menguji sediaan dari warna, bau, dan rasanya. Dipantau dari warna, sediaan syrup
memiliki warna hijau, memiliki bau khas seperti pedas menthol, dan rasanya manis-pedas.
Pengujian volume terpindahkan,
yaitu dengan memindahkan sediaan sirup 60 ml kedalam gelas ukur dan diamati berapa
volume sediaan hasil tuangan tadi apakah terjadi pengurangan atau tidak. Dan di
dapat hasil volume terpindahkan yakni 51 ml.
Pada sediaan ini terjadi suatu pengurangan mungkin karena ketidakstabilan sediaan. Dan
sediaan tersebut tidak memenuhi syarat volume terpindahkan,
karena syaratnya tidak boleh kurang dari 95%.
Pada pengujian pemeriksaan pH,
yaitu menggunakan pH meter digital dengan kalibrasi pH 7. Dan diperolehlah pH
sebesar 6,11 yakni masih sesuai dengan Farmakope antara 3,8 dan 6,1. Serta
dilakukan pengujian viskositas, namun pada sediaan ini viskositas tidak terbaca.
F.
Kesimpulan
-
Pada praktikum kali ini kita dapat mengetahui uji yang digunakan untuk
mengetahui mutu dari sedian cair yaitu : Uji Organoleptis, Uji Volume
terpindahkan ,Uji Ph dan Uji Viskositas.
-
Pada praktikum kali ini kita dapat mengetahui pada sampel Amoxicillin Kering
mempunyai Volume Terpindahkan : 60 ml, ph :6,22 Dan Viskositas: 90 Mps
Sedangkan untuk sampel Paracetamol mempunyai Volume terpindahkan :51 ml,ph:6,11
dan Viskostas Tidak terbaca pada praktikum kali ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Ansel,H.C.2005.Pengantar
Bentuk Sediaan Farmasi,Diterjemahkan Oleh Farida.Ibrahim.
Jakarta:UI
Press
Anonim
a. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III Jakarta:Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Anonim
b. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Anief, M. 1990. ”Ilmu Meracik Obat”. Yogyakarta :Gajah
Mada University Press.
Farmakope Indonesia edisi III.Jakarta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Farmakope Indonesia edisi IV.Jakarta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Ansel,H.C.1989.Pengantar
Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4 Diterjemahkan Oleh
Farida.Ibrahim.Jakarta:UI
Press
Syamsuni. H. A. 2007.
Ilmu Resep. Jakarta: ECG.
Anief,.
M.1994.Farmasetika.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Lusiana, Darsono. 2002.
Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan Parasetamol.
Bandung
: Universitas Kristen Maranatha.
Sartono.1996.Obat-Obat
Bebas Dan Bebas Terbatas. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
0 komentar:
Posting Komentar