Rabu, 30 Oktober 2019

Oktober 30, 2019

  1. Isoniazid
Sediaan:Tablet 300 mg
Cara Kerja Obat:
Isoniazid atau isonikotinil hidrazid yang disingkat dengan INH. Isoniazid secara in vitro bersifat tuberkulostatik (menahan perkembangan bakteri) dan tuberkulosid (membunuh bakteri). Mekanisme kerja isoniazid memiliki efek pada lemak, biosintesis asam nukleat,dan glikolisis. Efek utamanya ialah menghambat biosintesis asam mikolat (mycolic acid) yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium. Isoniazid menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang terekstrasi oleh metanol dari mikobakterium. Isoniazid atau INH bekerja dengan menghambat sintesa asam mikolinat yang merupakan unsur penting pembentukan dindis sel mikobakterium tuberkulosis. Isoniazid aktif terhadap bakteri M. tuberculosis, M. bovis, dan beberapa strain M. kansasii.

Indikasi:
Ø  Pengobatan dan pencegahan tuberkulosis, dalam bentuk pengobatan tunggal maupun kombinasi dengan obat tuberkulosis lainnya.
Ø  Pengobatan infeksi mikobakterium non-tuberkulosis.
Kontra Indikasi :
Ø  Penderita penyakit hati akut.
Ø   Penderita dengan riwayat kerusakan sel hati disebabkan terapi isoniazid.
Ø  Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap isoniazid.
Dosis:
Oral (bentuk injeksi dapat digunakan untuk pasien yang tidak dapat menggunakan sedían oral maupun karena masalah absorbsi)
  1. Bayi dan anak-anak :
  • Pengobatan pada LTBI (latent TB infection) : 10 – 20 mg/kg/hari dalam 1 – 2 dosis terbagi (maksimal 300 mg/hari) atau 20 – 40 mg/kg (maksimal 900 mg/ dosis) dua kali seminggu selama 9 bulan
  • Pengobatan infeksi TB aktif :
ü  Terapi  harian 10 – 15 mg/kg/hari dalam 1 – 2 dosis terbagi (maksimal 300 mg/hari)
ü  Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 20 – 30 mg/kg (maksimal 900 mg)
  1. Dewasa :
Pengobatan pada LTBI (latent TB infection) : 300 mg/hari atau 900 mg dua kali seminggu selama 6-9 bulan pada pasien yang tidak menderita HIV (terapi 9 bulan optimal, terapi 6 bulan berkaitan dengan penurunan biaya terapi) dan 9 bulan pada pasien yang Pengobatan infeksi TB aktif : Terapi harian 5 mg/kg/hari diberikan setiap hari (dosis lazim : 300 mg/hari); 10 mg/kg/hari dalam 1 – 2 dosis terbagi  pada pasien dengan  penyakit yang telah menyebar. Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 5 mg/kg (maksimal 900 mg); terapi 3 kali/minggu : 15 mg/kg (maksimal 900 mg)

Peringatan dan Perhatian :
ü  Hati-hati penggunaan Isoniazid pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan hati. Pada penderita gangguan fungsi ginjal dosis isoniazid perlu diturunkan.
ü  Hati-hati penggunaan isoniazid pada penderita dengan riwayat psikosis, penderita dengan risiko neuropati (seperti diabetes melitus), alkoholisme, malnutrisi, dan penderita HIV.
ü  Perlu dilakukan pemeriksaan fungsi hati sebelum memulai terapi dan selama terapi perlu dilakukan monitor fungsi hati secara berkala.
ü  Hati-hati penggunaan isoniazid pada ibu hamil dan ibu menyusui. Isoniazid diberikan bila manfaat pengobatan lebih besar dari pada risiko bagi ibu dan bayi.

Efek Samping :
Efek Samping yang dapat terjadi diantaranya neuritis perifer, neuritis optik, reaksi psikosis, kejang, mual, muntah, kelelahan, gangguan pada lambung, gangguan penglihatan, demam, kemerahan kulit, dan defisiensi vitamin B (pyridoxine). Efek Samping yang berpotensi fatal adalah hepatotoksisitas (gangguan dan kerusakan sel hati).


  1. Rifampisin
Rifampulicin Kapsul 300 mg, Informasi obat kali ini akan menjelaskan jenis obat Tuberkulosis, lepra, yang diantaranya menjelaskan dosis obat, komposisi atau kandungan obat, manfaat atau kegunaan dan khasiat atau dalam bahasa medis indikasi, aturan pakai Rifampulicin 300 Mg, cara minum/makan atau cara menggunakannya, juga akan menerangkan efek samping atau kerugian, pantangan atau kontra indikasi serta bahayanya, over dosis atau keracunan, dan farmakologi serta meknisme kerja dan harga dari obat Rifampulicin 300 Mg, dan inilah penjelasannya
Indikasi: Tuberkulosis, lepra.
Kontra Indikasi: Sakit kuning,Hipersensitif.
Perhatian
ü  Hindari melanjutkan terapi setelah pengakhiran pengobatan jangka panjang dan penggunaan tidak teratur.
ü  Penyakit hati, alkoholisme, porfiria, epilepsi, masa hamil dan menyusui.
ü  Bayi prematur dan bayi baru lahir.
ü  Hentikan pengobatan pada kejadian trombositopenia, purpura, anemia hemolitikum, sesak nafas, syok, gagal ginjal.
Efek Samping:
ü  Warna merah pada urin.Gangguan saluran pencernaan, meningkatnya enzim pada hati, hepatitis, penyakit kuning, leukopenia, eosinofilia, sindroma flu dengan komplikasi trombositopenia, purpura, anemia hemolitikum, sesak nafas, seperti serangan asma, syok, gagal ginjal.
ü  Pada kasus tertentu : gastritis erosif, dermatitis eksfoliatif, sindroma Lyell, reaksi pemfigoid.
Kategori Keamanan Kehamilan
Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
Dosis Tuberkulosa :
ü  dewasa 450-600 mg sekali sehari dikombinasi dengan obat antituberkulosis lain.
ü  anak berumur 12 tahun ke bawah : 10-20 mg/kg berat badan sekali sehari.
Dosis Lepra :
600 mg sekali sebulan dikombinasi dengan anti leprotik lainnya.
Pemberian Obat:
Dikonsumsi pada perut kosong (1 atau 2 jam sebelum/sesudah makan)

  1. Pirazinamid
Dosis anak" :  Tablet 500mg
ü  Terapi harian :15-30 mg / kg PO qDay; tidak melebihi 2 g / hari
ü  Dua kali terapi mingguan :50 mg / kg PO dua kali seminggu; tidak melebihi 2 g / dosis
Dosis pediatrik :  Tablet 500 mg
ü  Terapi harian : 15-30 mg / kg PO qD; tidak melebihi 2000 mg / hari
ü  Dua kali terapi mingguan : 50 mg / kg / dosis; tidak melebihi 3000 mg / hari
Interaksi :
ü  Rifampisin, pirazinamid.Baik meningkatkan toksisitas yang lain oleh sinergisme farmakodinamik. Hindari atau Gunakan Obat Alternatif. Hepatotoksisitas aditif.
ü  isoniazid, pyrazinamide. baik meningkatkan toksisitas lain oleh farmakodinamik sinergisme. kecil / signifikansi tidak diketahui. aditif hepatotoksisitas.
Efek Samping:
ü  1-10% : rasa tidak enak,Mual,muntah,Anoreksia,Arthralgia dan Myalgia
ü  <1% :Demam ,Ruam,Gatal,Jerawat, Fotosensitivitas, gout,disurea, Porphyria, Thrombocytopenia, Hepatotoksisitas , Nefritis interstisial


Kontraindikasi :
Kerusakan hati berat, gout akut, hipersensitivitas
  1. Etambutol
Anak : tablet 100mg dan 400mg
  1. Memberikan informasi Tuberkulosis:
ü  Pengobatan TB awal: 15 mg / kgBB
ü  Pengobatan TB sebelumnya: 25 mg / kg PO qDay; setelah 60 hari, turun menjadi 15 mg / kg
  1. Administrasi harian:
ü  Pedoman dari American Thoracic Society (ATS), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), dan Infectious Diseases Society of America (IDSA) :40-55 kg: 800 mg PO, 56-75 kg: 1.2 g PO , dan >75 kg: 1.6 g PO
  1. 3x per administrasi minggu:
ü  Pedoman dari American Thoracic Society (ATS), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), dan Infectious Diseases Society of America (IDSA): 40-55 kg: 1.2 g PO ,56-75 kg: 2 g PO dan >75 kg: 2.4 g PO

 Dosis Pediatrik : tablet 100mg dan 400mg
  1. Memberikan informasi :
ü  Penggunaan tidak dianjurkan pada pasien <13 tahun, tetapi telah digunakan pada peds
ü  Pedoman dari American Thoracic Society (ATS), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), dan Infectious Diseases Society of America (IDSA): 15-20 mg / kg / hari PO; tidak melampaui 1 G / hari atau 50mg / kg PO 2x / Minggu; tidak melampaui 2.5 G / dosis
ü  Pedoman dari American Academy of Pediatrics (AAP): 15-25 mg / kg / hari PO; tidak melampaui 1 G / hari atau 50 mg / kg PO 2x / minggu; tidak melebihi 2,5 g / dosis


Efek Samping:

Gout akut atau hiperurisemia, Sakit perut, Anafilaksis, Anorexia, Kebingungan, disorientasi, Demam, Sakit Kepala, LFT abnormalities, Malaise, Mual, Optik neuritis; gejala mungkin termasuk menurun ketajaman, buta warna atau visual cacat (biasanya revrsible dengan penghentian, Meskipun ireversibel kebutaan telah dilaporkan), Perifer neuritis, Pruritis, Ruam dan Muntah.
Kontraindikasi :
Optik neuritis dan Hipersensitivita

  1. Streptomisin
Streptomisin adalah obat yang termasuk kelompok aminoglycoside. Streptomycin ini bekerja dengan cara mematikan bakteri sensitif, dengan menghentikan pemroduksian protein esensial yang dibutuhkan bakteri untuk bertahan hidup.
Indikasi:
Untuk mengobati tuberculosis (TB) dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri tertentu.
Dosis:
1-2 gr/hari melalui otot (intra muscular) atau melalui pembuluh darah (intra vascular), dalam dosis terbagi.
Efek Samping:
Efek ototoxic (bisa menyebabkan ototoxicity yang tidak dapat diubah, berupa kehilangan pendengaran, kepeningan, vertigo); Efek renal (nephrotoxicity yang dapat diubah, gagal ginjal akut dilaporkan terjadi biasanya ketika obat nephrotoxic lainnya juga diberikan); Efek neuromuskular (penghambatan neuromuskular yang menghasilkan depresi berturut-turut dan paralisis muskuler); reaksi hipersensitivitas.
Instruksi Khusus:
Ototoxicity dan nephrotoxicity yang kemungkinan besar terdapat pada pasien geriatrik dan pasien yang mengalami dehidrasi, pada pasien yang menerima dosis tinggi atau yang melakukan pengobatan dalam jangka waktu panjang, mereka yang juga menerima atau yang telah menerima obat ototoxic atau nephrotoxic lainnya. (Perhatikan pengawasan konsentrasi serum dan atau puncak konsentrasi serum/rasio MIC pada pasien ini)
Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan kondisi yang berhubungan dengan kelemahan otot (misalnya myasthenia gravis, penyakit Parkinson), pasien yang telah memiliki disfungsi ginjal, kerusakan vestibular atau cochlear.




0 komentar:

Posting Komentar